Oleh:
Syamsul Kurniawan
PERGESERAN
kurikulum pendidikan di Indonesia bukan hanya soal pembaruan materi ajar,
tetapi juga mencerminkan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat. Setiap
periode perubahan kurikulum pendidikan mencerminkan kebutuhan bangsa yang terus
berkembang, serta tantangan baru yang dihadapi dalam berbagai aspek kehidupan,
termasuk dalam dunia pendidikan itu sendiri. Sebagai cerminan dari dinamika
sosial, kurikulum selalu berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, menggambarkan tuntutan masyarakat, dan memastikan bahwa pendidikan dapat
mencetak generasi yang relevan dengan kebutuhan masa depan.
Pergeseran
kurikulum pendidikan di Indonesia bukan hanya sekadar pembaruan materi ajar,
tetapi juga merupakan respons terhadap perubahan sosial yang terus berkembang
dalam masyarakat. Setiap perubahan kurikulum mencerminkan upaya untuk
menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan bangsa yang selalu berubah, seiring
dengan dinamika sosial, ekonomi, dan politik yang ada. Oleh karena itu,
kurikulum pendidikan menjadi cerminan dari tantangan baru yang dihadapi
masyarakat, terutama dalam dunia pendidikan yang harus menanggapi kebutuhan
zaman.
Sebagai
bagian dari dinamika sosial tersebut, kurikulum pendidikan selalu berusaha
untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Ini menunjukkan bahwa
pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga
untuk membentuk karakter generasi muda yang relevan dengan perubahan sosial dan
ekonomi. Kurikulum pendidikan juga harus mampu menggambarkan tuntutan
masyarakat yang semakin kompleks, terutama dalam menghadapi globalisasi dan
perkembangan teknologi yang pesat.
Penting
bagi kurikulum pendidikan untuk tidak hanya mengikuti arus perubahan, tetapi
juga menjadi alat untuk mencetak generasi yang siap menghadapi tantangan masa
depan. Dalam hal ini, kurikulum harus mampu menanggapi kebutuhan dunia kerja,
mengembangkan keterampilan, dan membentuk karakter siswa yang adaptif terhadap
perubahan. Dengan demikian, kurikulum pendidikan harus terus bertransformasi
untuk memastikan bahwa pendidikan yang diberikan tetap relevan dan dapat
mencetak individu yang kompeten dan berdaya saing tinggi.
Pergeseran
Kurikulum: Dari Kompetensi ke Karakter
Kurikulum
pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan sejak proklamasi
kemerdekaan, mencatat sedikitnya dua belas kali pergantian sejak 1947 hingga
2022. Setiap perubahan kurikulum ini dipengaruhi oleh perkembangan sosial,
ekonomi, dan politik yang berlaku. Meskipun setiap perubahan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, kenyataannya, implementasi perubahan ini
tidak selalu mudah dan sering kali menemui kendala, terutama terkait dengan
kesesuaian antara tujuan kurikulum dan kenyataan sosial yang ada.
Salah
satu perubahan besar yang terjadi adalah pergeseran dari kurikulum yang
berfokus pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan dasar menuju kurikulum
yang lebih menekankan pada pembentukan karakter dan kompetensi siswa. Misalnya,
pada tahun 2013, Kurikulum 2013 mengusung konsep pembelajaran berbasis karakter
dan kompetensi, dengan tujuan untuk membentuk generasi muda yang memiliki
integritas, semangat kebersamaan, dan siap menghadapi tantangan global. Namun,
meskipun kurikulum ini memiliki tujuan mulia, di lapangan implementasinya
seringkali terhambat oleh kekakuan dalam sistem dan ketidaksiapan sumber daya
pendidikan.
Sebagai
contoh, dalam beberapa penerapan kurikulum sebelumnya, meskipun fokus pada
kompetensi dasar tetap ada, kenyataannya banyak sekolah dan guru yang tidak
dapat sepenuhnya mengimplementasikan pendekatan berbasis karakter yang
diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tujuan perubahan kurikulum baik,
penerapannya membutuhkan kesiapan yang matang, terutama dalam menghadapi
keberagaman konteks sosial dan budaya di Indonesia yang sangat luas. Oleh
karena itu, penting untuk mengkaji ulang pergeseran kurikulum ini agar lebih
adaptif dan fleksibel terhadap kondisi nyata yang ada di lapangan.
Kurikulum
Sebagai Bagian dari Ruang Publik
Pergeseran
kurikulum ini tidak hanya berhubungan dengan perubahan materi ajar, tetapi juga
berkaitan erat dengan kebijakan politik yang berlaku. Seperti yang dijelaskan
oleh Jürgen Habermas (1991), ruang publik adalah tempat bagi masyarakat untuk
saling bertukar ide, menyuarakan pendapat, dan membentuk konsensus bersama.
Dalam hal ini, pendidikan menjadi bagian integral dari ruang publik tersebut,
di mana setiap perubahan kurikulum adalah hasil dari proses diskusi dan
negosiasi antar berbagai pihak: pemerintah, pendidik, orang tua, dan
masyarakat.
Pergeseran
kurikulum, meskipun sering dianggap politis, memiliki tujuan yang lebih besar.
Tujuan tersebut adalah menciptakan pendidikan yang tidak hanya relevan dengan
perkembangan zaman tetapi juga memperkuat karakter bangsa. Dalam dunia yang
semakin global, pendidikan harus menyiapkan generasi muda untuk menjadi warga
negara yang mampu beradaptasi dengan perubahan sosial dan ekonomi, serta dapat
bekerja sama untuk mencapai kemajuan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus
mampu mencetak individu yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga
memiliki nilai-nilai moral dan sosial yang kuat.
Salah
satu contoh terbaru dari pergeseran kurikulum pendidikan di Indonesia adalah
Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini merupakan implementasi dari prinsip Merdeka
Belajar yang memberi keleluasaan lebih bagi siswa dan guru. Dalam Kurikulum
Merdeka, pendidikan tidak hanya berfokus pada penguasaan materi, tetapi juga
memberi ruang untuk pengembangan karakter, minat, dan bakat siswa. Kurikulum
Merdeka menawarkan fleksibilitas, di mana siswa dapat memilih jalur
pembelajaran yang sesuai dengan minat mereka, sementara guru diberi kebebasan
untuk memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks siswa.
Namun,
meskipun Kurikulum Merdeka menawarkan banyak kebebasan, implementasinya tidak
bisa dilepaskan dari tantangan. Setiap pergeseran kurikulum selalu membawa
tantangan besar dalam hal kesiapan infrastruktur, sumber daya manusia, serta
sistem pendidikan itu sendiri. Pada praktiknya, keberhasilan implementasi
Kurikulum Merdeka sangat bergantung pada kesiapan guru dan tenaga pendidik
lainnya dalam mengadopsi metode pembelajaran yang lebih fleksibel dan berbasis
pada kebutuhan individual siswa.
Selain
itu, tantangan terbesar dalam pergeseran kurikulum adalah memastikan bahwa
perubahan tersebut tetap relevan dengan kebutuhan zaman. Pendidikan harus mampu
menanggapi perubahan sosial dan teknologi yang terus berkembang, terutama dalam
menghadapi era digital dan Society 5.0. Perubahan teknologi yang begitu cepat
menuntut adanya pembaruan dalam cara kita mendidik anak-anak bangsa. Oleh
karena itu, kurikulum pendidikan harus berbasis pada pemikiran yang lebih
holistik, yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan akademis tetapi juga
mengembangkan keterampilan praktis, kreativitas, dan etika.
Dalam
konteks ruang publik, pendidikan berfungsi sebagai ruang untuk membentuk
kesepahaman bersama mengenai nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh
masyarakat. Pergeseran kurikulum pendidikan di Indonesia harus melibatkan
partisipasi aktif dari berbagai elemen masyarakat, termasuk pemerintah,
pendidik, orang tua, dan masyarakat luas. Proses ini harus terbuka untuk
diskusi dan perdebatan, agar kurikulum yang dihasilkan benar-benar mencerminkan
kebutuhan dan harapan bersama. Sebagai bagian dari ruang publik, pendidikan
berperan sebagai alat untuk memperkokoh karakter bangsa dan memperkuat semangat
kebersamaan.
Salah
satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pergeseran kurikulum adalah
keberagaman budaya dan agama yang ada di Indonesia. Sebagai negara yang kaya
akan kebudayaan dan kepercayaan, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam
menciptakan kurikulum yang bisa mengakomodasi keberagaman tersebut. Kurikulum
pendidikan harus dirancang sedemikian rupa agar tidak hanya memperkenalkan
pengetahuan global, tetapi juga mengajarkan penghargaan terhadap nilai-nilai
lokal yang dapat membentuk identitas bangsa.
Pergeseran
kurikulum yang bersifat inklusif dan adaptif sangat dibutuhkan untuk memastikan
bahwa pendidikan dapat memperkuat kebhinnekaan Indonesia. Kurikulum harus mampu
memberikan ruang bagi setiap siswa untuk belajar sesuai dengan latar belakang
dan potensi mereka, tanpa mengabaikan nilai-nilai kebangsaan yang menjunjung
tinggi keberagaman. Dalam hal ini, pendidikan menjadi alat untuk memperkokoh
rasa persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan.
Namun,
dalam penerapan pergeseran kurikulum, tantangan terbesar tetap terletak pada
kesiapan implementasi di lapangan. Ketidaksiapan infrastruktur dan tenaga
pendidik yang kurang terlatih sering kali menghambat proses implementasi
perubahan. Oleh karena itu, penting untuk terus melakukan sosialisasi dan
pelatihan kepada guru, tenaga pendidik, serta masyarakat agar mereka dapat
memahami dan mendukung perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Seiring
dengan perkembangan teknologi, pendidikan juga harus beradaptasi dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi yang semakin
berkembang pesat membuka peluang besar bagi pendidikan untuk berinovasi dan
menjadi lebih terbuka, lebih inklusif, dan lebih dapat diakses oleh seluruh
lapisan masyarakat. Dalam hal ini, teknologi harus digunakan untuk mendukung
pembelajaran yang lebih efektif, dengan memastikan bahwa setiap siswa memiliki
akses yang setara terhadap sumber daya pendidikan yang ada.
Pergeseran
kurikulum juga harus mengarah pada pengembangan kompetensi yang relevan dengan
kebutuhan dunia kerja. Meskipun pengetahuan akademis tetap penting, kurikulum
pendidikan harus memperhatikan keterampilan praktis dan soft skills yang dapat
membantu siswa beradaptasi dengan dunia profesional. Ini juga merupakan bagian
dari ruang publik pendidikan, di mana masyarakat dan dunia industri turut
berkontribusi dalam menentukan keterampilan yang dibutuhkan oleh generasi muda
untuk menghadapi tantangan global.
Selain
itu, dalam upaya memperbaiki pendidikan, penting untuk memperhatikan kearifan
lokal yang ada di Indonesia. Setiap daerah memiliki kekayaan budaya dan tradisi
yang unik, yang seharusnya menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan.
Kurikulum yang mengabaikan kearifan lokal akan kehilangan relevansinya, karena
siswa akan merasa terpisah dari konteks lokal mereka. Oleh karena itu,
pendidikan harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai lokal yang ada di
masyarakat, agar siswa dapat belajar dari pengalaman dan kearifan yang dimiliki
oleh komunitas mereka.
Namun,
meskipun penting untuk memperhatikan kearifan lokal, pendidikan di Indonesia
juga harus memperhatikan kebutuhan global. Globalisasi membawa tantangan baru
bagi pendidikan, di mana siswa harus mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia
yang semakin terhubung. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu mengajarkan
keterampilan yang relevan dengan dunia global, sambil tetap mempertahankan
nilai-nilai kebangsaan yang ada di Indonesia.
Pergeseran
kurikulum pendidikan di Indonesia harus dilihat sebagai bagian dari proses
pembangunan bangsa yang lebih besar. Pendidikan tidak hanya tentang mentransfer
pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan moralitas yang dapat
memperkuat kebhinnekaan Indonesia. Sebagai bagian dari ruang publik, pendidikan
harus mencerminkan dialog antara berbagai elemen masyarakat untuk menciptakan
konsensus mengenai nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh generasi muda.
Dengan
demikian, pergeseran kurikulum pendidikan di Indonesia bukan hanya soal
pembaruan materi ajar atau metode pembelajaran, tetapi juga tentang bagaimana
pendidikan dapat menciptakan ruang publik yang inklusif, terbuka, dan adaptif.
Melalui pergeseran kurikulum yang dilakukan dengan hati-hati dan berbasis pada
dialog terbuka, kita dapat menciptakan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan
zaman, yang memperkuat kebhinnekaan, dan membentuk karakter bangsa yang lebih
kuat dan lebih toleran. Di sinilah peran penting pendidikan dalam menciptakan
masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.***