Iklan

Syamsul Kurniawan Hadir di Rapat Pleno Perdana Dewan Pendidikan Kalbar

syamsul kurniawan
Tuesday, November 25, 2025
Last Updated 2025-11-25T23:44:52Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

Rapat Dewan Pendidikan Kalbar, 25 November 2025 (Sumber: Dokumentasi Dewan Pendidikan Kalbar)


Pontianak – Cuaca siang itu masih menyisakan sisa kesejukan. Hujan deras yang turun sebelumnya membuat kota terasa lebih tenang, seolah memberi ruang bagi langkah-langkah yang hendak mulai disusun. Di kampus UPGRI tempat rapat digelar, hawa sejuk dari pendingin ruangan menjadi latar yang kontras dengan percakapan hangat para anggota Dewan Pendidikan Kalbar.

 

Di atas meja, kotak nasi berisi menu khas Melayu Pontianak tersaji bersama potongan buah segar. Hidangan sederhana itu menjadi teman percakapan yang mengalir bebas tentang satu hal besar: bagaimana menaikkan mutu pendidikan dan IPM Kalimantan Barat dalam lima tahun ke depan.

 

Syamsul Kurniawan, salah satu anggota Dewan Pendidikan Kalbar, hadir mengikuti rapat pleno perdana ini. Rapat yang difasilitasi secara langsung oleh UPGRI dengan dukungan penuh Rektor UPGRI, Muhamad Firdaus, S.Pd., M.Pd., yang sejak awal membuka ruang kolaborasi bagi dewan.

 

Dewan Pendidikan Kalbar sendiri telah menjalin jejaring dengan berbagai perguruan tinggi. Selain UPGRI, ada Universitas Tanjungpura, IAIN Pontianak, Universitas Muhammadiyah Pontianak, STIKES Yarsi, dan sejumlah institusi lain. Semuanya berbagi anggapan yang sama: kemajuan pendidikan hanya mungkin dicapai lewat kerja sama lintas lembaga.

 

Pada Selasa, 25 November 2025 itu, sebanyak 11 dari 13 anggota hadir. Dua anggota lainnya berhalangan karena sakit. Syamsul duduk bersama para anggota lain, mencatat, menimbang, sekaligus menyampaikan pandangan dalam rapat yang berlangsung penuh keseriusan namun tetap cair.

 

Rapat dibuka oleh Ketua Dewan Pendidikan Kalbar, Prof. Dr. Martono, M.Pd., yang menegaskan bahwa dewan harus memperkuat koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota se-Kalbar. Tidak hanya dengan wali kota atau bupati, tetapi juga DPRD, dinas pendidikan, dan jajaran terkait lainnya.

 

Koordinasi itu, jelas Martono, menjadi fondasi bagi visi-misi Dewan Pendidikan Kalbar periode 2025–2030. Dewan harus hadir sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, sekaligus mediator yang menghubungkan kepentingan pemerintah daerah dengan masyarakat.

 

Dalam rapat tersebut, peningkatan IPM dipatok sebagai program prioritas lima tahun ke depan. Evaluasi dilakukan secara berkala melalui rapat rutin, memastikan setiap langkah pengembangan benar-benar terukur.

 

“Kalbar punya cukup banyak ahli yang mampu membaca data dan merumuskan langkah,” demikian salah satu pokok diskusi yang juga ikut ditekankan Syamsul.

 

Rapat juga membuka kembali catatan program periode sebelumnya. Evaluasi dilakukan secara terbuka—apa yang belum tercapai, apa yang terhambat, dan apa yang perlu diperbaiki. Dari sana, dewan menyusun perbaikan agar program baru dapat berjalan lebih matang.

 

Salah satu isu yang dianggap penting adalah kebutuhan kanal pengaduan masyarakat. Syamsul ikut mendukung gagasan agar Dewan Pendidikan Kalbar menyediakan rubrik pengaduan di situs resmi. Kanal ini dinilai penting agar persoalan pendidikan di lapangan tidak tenggelam di tengah jalur birokrasi yang panjang.

 

Rubrik itu diharapkan mampu menjadi pintu masuk aspirasi publik, sekaligus sumber data bagi dewan untuk memetakan masalah secara nyata.

 

Rapat juga sepakat bahwa forum-forum tematik perlu dibentuk. Forum ini akan membahas akar rendahnya IPM Kalbar dan melibatkan akademisi, pemerintah, penggiat pendidikan, hingga masyarakat umum.

 

Lewat forum tersebut, dewan berharap lahir analisis yang jernih dan langkah kebijakan yang bisa dipertanggungjawabkan.

 

Syamsul dalam rapat tersebut turut menyoroti pentingnya pendekatan partisipatif. Menurutnya, pendidikan tidak bisa direduksi menjadi urusan administrasi semata; ia adalah kerja budaya yang perlu melibatkan banyak suara.

 

Diskusi berlangsung lama, tetapi alurnya terjaga. Setiap anggota, termasuk Syamsul, menyadari bahwa lima tahun masa bakti bukan waktu yang panjang, namun cukup untuk menancapkan arah perubahan.

 

Menjelang sore, kesimpulan rapat dirumuskan. Catatan-catatan awal program, evaluasi masa lalu, dan rencana membangun berbagai kanal partisipasi publik menjadi bagian dari rangkuman yang dibawa pulang oleh setiap anggota.

 

Syamsul menutup hari itu dengan kesadaran yang sama seperti rekan-rekannya: pendidikan di Kalbar memerlukan kerja keras, kesabaran, dan kolaborasi luas. Namun rapat perdana ini sudah meletakkan batu pertama.

 

Di luar ruangan, Pontianak mulai menghangat kembali. Di dalam kepala para anggota dewan—termasuk Syamsul—rencana kerja lima tahun ke depan sudah mulai dirangkai satu per satu.***

 

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Trending Now