Iklan

Membangun Hidup Baru dari Kebiasaan Kecil

syamsul kurniawan
Thursday, August 7, 2025
Last Updated 2025-08-08T04:05:34Z
Premium By Raushan Design With Shroff Templates

 


 

Oleh: Syamsul Kurniawan

 

SAYA menulis ini bukan dari podium megah, bukan pula dari tempat yang tinggi. Saya menulis ini untuk dibacakan dalam sebuah ruang sempit, di balik dinding Lapas Kelas 2A Pontianak, tempat manusia menjalani hari dengan cara yang berbeda. Sebuah tempat yang tak banyak orang pilih untuk singgah, tapi justru dari sana banyak kesadaran bisa lahir. Karena kadang, dalam sunyi dan kehilangan arah, seseorang akhirnya bisa mendengar dirinya sendiri.

Setiap orang pernah jatuh. Itu bukan lelucon, bukan aib, bukan pula vonis akhir. Itu fakta yang merata. Tak ada manusia tanpa kesalahan, hanya berbeda bentuk dan waktunya.

Tapi hanya sebagian kecil dari kita yang menyadari bahwa kesalahan bukan sekadar jalan buntu. Kesalahan bisa jadi titik balik. Sebuah kesempatan untuk melihat hidup dengan cara baru, untuk mengenali bagian dari diri kita yang selama ini diabaikan.

Islam sendiri mengajarkan bahwa dosa bukan akhir dari segalanya. Dalam setiap cerita para nabi, selalu ada ruang bagi manusia untuk kembali. Bukan hanya kembali secara spiritual, tapi berubah secara nyata.

Perubahan itu bukan hasil dari ceramah panjang atau perintah keras. Ia tumbuh dari dalam. Dari niat, dari kesadaran, dari pertanyaan kecil dalam hati: "Maukah aku tetap seperti ini?"

James Clear dalam buku Atomic Habits (2018) menyebut bahwa perubahan bukan soal kekuatan besar, melainkan soal sistem kecil yang konsisten. Kebiasaan buruk tidak hilang dalam semalam, tapi perlahan ditinggalkan dengan kebiasaan baru yang lebih baik.

Kita sering mengira perubahan itu harus drastis. Padahal, satu langkah kecil yang dilakukan terus-menerus lebih berpengaruh daripada lompatan besar yang hanya sekali. Seperti tetes air yang pelan-pelan melubangi batu.

Contoh kecil: memulai hari dengan satu doa. Tidak panjang, tidak lantang. Tapi hadir. Dan kehadiran itu menjadi sinyal pada diri sendiri: aku ingin berubah.

Langkah kecil lain: membaca satu ayat Al-Quran setiap pagi. Bahkan jika belum paham maknanya, itu tetap cahaya yang masuk. Perlahan, ayat-ayat itu akan berbicara pada kita, dengan caranya sendiri.

Mengapa kebiasaan kecil penting? Karena ia tidak mengancam. Ia tidak membuat kita lelah. Dan justru karena itu, ia bisa bertahan lebih lama.

Lingkungan seperti Lapas bisa menjadi tempat subur untuk perubahan, bila digunakan dengan benar. Dalam keterbatasan, kita belajar menyederhanakan hidup. Dan dalam kesederhanaan itu, kita menemukan kembali apa yang esensial.

Bukan kebetulan jika dalam Islam, amal kecil tapi konsisten lebih dicintai Allah dibanding amal besar tapi sesekali. Karena konsistensi menandakan niat yang jujur dan usaha yang nyata.

 

Istiqamah Dimulai dari Langkah Pertama

Istiqamah bukan soal kuat atau hebat. Ia adalah soal setia. Setia untuk tetap berada di jalur, meski pelan, meski jatuh bangun. Ia bukan tentang sempurna, tapi tentang bertahan.

Langkah pertama mungkin remeh. Tapi tanpa itu, tidak akan ada langkah kedua. Kita tidak bisa membangun hidup baru kalau tidak memulai dari mana pun.

Satu kebiasaan baik setiap hari sudah cukup untuk menggerakkan roda perubahan. Seiring waktu, kebiasaan itu akan menumpuk dan membentuk identitas baru. Anda tidak lagi orang yang sama dengan kemarin.

Dan di situlah titik perubahan yang sejati: bukan hanya apa yang kita lakukan berubah, tapi siapa kita di dalam juga bergeser.

James Clear menjelaskan bahwa perubahan jangka panjang terjadi saat kita membangun identitas baru. Bukan hanya "saya ingin rajin shalat," tapi "saya adalah orang yang selalu mendekat pada Tuhan."

Kebiasaan adalah bukti identitas. Saat kita terus membaca Al-Quran, itu bukan hanya aktivitas, itu adalah pernyataan: saya adalah orang yang butuh petunjuk.

Ketika kita menghindari kata-kata kasar, menjaga lisan, itu bukan soal sopan santun semata, tapi pengakuan: saya adalah orang yang ingin hidup bersih.

Satu tindakan kecil bisa menjadi pondasi karakter baru. Dan karakter adalah dasar dari kehidupan yang kokoh.

Dalam konteks ini, kita belajar bahwa hidup bukan soal menghapus masa lalu, tapi membangun masa depan di atasnya. Batu yang dulu menjadi sandungan, kini bisa menjadi pondasi.

Jangan takut pada masa lalu Anda. Tak ada yang bisa mengubahnya. Tapi masa depan masih kosong. Dan Anda bisa mengisinya dengan apa pun.

Kita tidak sendirian dalam perjuangan ini. Bahkan Nabi Muhammad pun mendapat wahyu secara bertahap. Islam sendiri turun perlahan, sesuai kemampuan manusia untuk menerima.

Maka wajar bila kita berubah perlahan. Yang penting, kita tetap bergerak ke arah yang sama.

Setiap kebiasaan baik yang Anda tanam hari ini, akan memengaruhi Anda besok. Bahkan jika belum terlihat, perubahan itu sedang bekerja di dalam.

Hidup baru bukan hadiah. Ia adalah hasil. Dan hasil itu lahir dari keputusan-keputusan kecil yang terus dilakukan.

Jangan tunggu semuanya siap. Mulailah dengan apa yang bisa Anda lakukan hari ini. Bahkan jika hanya satu doa pendek sebelum tidur.

Karena saat Anda mulai, Anda telah menang melawan versi lama dari diri Anda.

Dan bila Anda terus istiqamah, tidak lama lagi Anda akan berdiri sebagai pribadi baru. Bukan karena Anda tidak punya masa lalu, tapi karena Anda punya masa depan.

Akhirnya, semua orang ingin berubah. Tapi hanya sedikit yang benar-benar memulai. Dan hanya mereka yang terus melangkah—meski kecil, meski pelan—yang akhirnya sampai.

Hidup baru itu nyata. Dan ia dibangun dari kebiasaan kecil, yang dikerjakan dengan hati yang jujur dan tekad yang sabar.***

 

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Stars Rally to Beat Predators in Winter Classic at Cotton Bowl

Trending Now